Macam-macam Pemimpin

Kelemahan orang Islam sekarang adalah karena tak ada lagi pemimpin yang benar dan kuat. Kalau boleh saya kategorikan ada 3 jenis pemimpin:
  1. Pemimpin yang benar dan kuat, yg sekarang ini merupakan idealisme yg sulit ditemukan. Dengannya, rakyat terayomi dan terlindungi segala kebutuhannya.
  2. Yang levelnya dibawah ini tp masih lumayan adalah pemimpin yang kurang benar tapi kuat. Kita masih bisa harapkan yang kurang benarnya akan menjadi benar di kemudian hari, dan dia kemudian menjadi pemimpin yang ideal spt no.1. Di bawah pemimpin macam ini, rakyat sedikit banyak masih bisa terayomi karena sejelek-2-nya orang dia masih punya sifat dasar nurani manusia, mampu merasakan kebutuhan dasar rakyatnya. Rakyat masih bisa mengharapkan sesuatu dari pemimpin macam ini.
  3. Yang paling gawat ini adalah tipe pemimpin yang lemah. Di bawah naungan pemimpin lemah itu pada dasarnya kita tidak punya pemimpin, negara tidak terkendali, kejahatan merebak dimana-mana di seluruh penjuru negeri. Para pemimpin yang menjadi pembantu-2-nya jahat pada rakyat. Rakyatnya pun jahat pada sesama rakyat. Negaranya haru-biru.
Amerika paling takut/respek pada tipe pemimpin yg kuat, karena kekuatan/kharisma adalah potensi mendasar seorang pemimpin. Pemimpin-2 kuat diberinya label "diktator" yg berkonotasi negatif. Sementara demokrasi dikampanyekan sedemikian rupa karena kepemimpinan demokrasi adalah lemah belaka. Praktek demokrasi yang paling ideal bagi pembangunan suatu bangsa justru terjadi ketika ada seorang pemimpin yang kuat yang selalu memenangkan pemilu, atau justru ketika ada semakin sedikit persaingan di
dalam pemilu (ada 1 partai yg sangat dominan). Ada 2 partai dominan macam di Amerika saja sudah bisa membuat suasana politik berubah-2 cukup signifikan dan ketegangan/permusuhan di kalangan rakyatnya selalu ada, yg terkadang bisa meruncing juga. Apalagi di negara seperti India dan Indonesia dgn begitu banyak partai-2. Mereka jadi negara-2 yang lemah krn praktek demokrasi.
Ciri-2 pemimpin yg kuat, dia punya pendukung-2 yg setia sehidup semati. Kalau kita ambil sosok ideal dari tipe no.1 adalah Rasulullah SAW, bagaimana para sahabat mencintai beliau, berusaha taat pada semua perintah dan arahan beliau. Demikianlah seorang pemimpin sejati.
Malangnya di hari ini, justru orang Islam diracuni dgn konsep "fanatisme", "kultus individu" yang dituduhkan pada pemimpin yg kuat dan kelompoknya.
Kalau pakai tolok ukur seperti itu, maka Rasulullah SAW dan para sahabat tentu masuk dalam kategori kelompok yang fanatik pada pemimpin dan kultus individu.
Jadi perlu dibalik sekarang, kalau seorang pemimpin nggak memiliki pengikut yang fanatik (dalam arti cinta, sayang, selalu rindu padanya dan karenanya selalu menyebut-2 namanya di berbagai suasana serta selalu berusaha mentaati arahan-2nya), maka sebenarnya dia samasekali bukan seorang pemimpin. Singkatnya, kekuatan seorang pemimpin adalah pada kuatnya dukungan para pengikut-2-nya.
Tapi dunia hari ini alergi pada praktek 'kultus individu' tanpa menyadaribahwa penderitaan rakyat hari ini banyak disebabkan oleh para pemimpin yang lemah, yg tidak di 'kultus individu'-i oleh pengikut/rakyatnya.
Jadi kita perlu serius bertanya lagi:
  1. Apakah 'kultus individu' selalu jelek?
  2. Apakah fanatik selalu jelek?
  3. Apakah demokrasi baik?
Untuk no.1 dan 2, ada kasus-kasus dimana itu justru merupakan kekuatan dahsyat utk memperjuangkan kebaikan. Untuk no.3, demokrasi, terlalu banyak kemanisan-2-nya yg dikampanyekan, tapi terlalu sedikit keburukan-keburukannya yg diungkapkan.
-indratmoko-

0 komentar: